KATA PENGANTAR
(PPPPTK) Bahasa memiliki tugas dan tanggung jawab untuk meningkatkan
kualitas guru bahasa dan tenaga kependidikan seperti kepala sekolah,
pengawas sekolah, dan lain-lainnya. Dalam rangka memperbaiki mutu dan
profesionalitas mereka, PPPPTK Bahasa berperan serta secara aktif dalam
proyek Better Education Through Reformed Management and Universal
Teacher Upgrading (BERMUTU).
Sebagai suatu lembaga yang dikelola secara profesional, PPPPTK Bahasa
menyediakan program pendidikan dan pelatihan berkualitas yang sejalan
dengan reformasi pendidikan serta tuntutan globalisasi yang tertuang dalam
program Education for All (EFA). Selain itu, PPPPTK Bahasa juga
mengembangkan Standar Kompetensi Guru termasuk bahan ajar untuk
mencapai kompetensi tersebut.
Dengan mengacu pada Undang-Undang Guru dan Dosen yang tertuang dalam
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 tahun 2005, PPPPTK
Bahasa, dalam upaya untuk menghasilkan guru-guru yang kompeten dan
profesional, menyelenggarakan beragam kegiatan diklat dalam rangka
pencapaian standar kompetensi guru serta program sertifikasi. Oleh karenanya,
pengembangan bahan ajar ini diharapkan dapat menjadi sumber belajar bagi
para guru.
Akhir kata, kritik yang membangun untuk perbaikan bahan ajar ini dapat
Saudara kirimkan ke PPPPTK Bahasa, Jalan Gardu, Srengseng Sawah,
Jagakarsa, Jakarta 12640; Telepon (021) 7271034, Faksimili (021) 7271032,
dan email: admin@pppptkbahasa.net
Jakarta, September 2009
Kepala Pusat,
Ttd.
Dr. Muhammad Hatta, M.Ed.
NIP 19550720 198303 1 003
Kepala Pusat,
Ttd.
Dr. Muhammad Hatta, M.Ed.
NIP 19550720 198303 1 003
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selamat berjumpa di pembelajaran Tematik yang dilaksanakan melalui
Program Better Education Through Reformed Management Upgrading
(BERMUTU).
Modul Suplemen Pembelajaran Tematik ini merupakan salah satu bagian dari
beberapa modul yang disediakan untuk melengkapi Bahan Belajar Mandiri
(BBM) yang disusun sebagai acuan kegiatan atau panduan kegiatan di
Kelompok Kerja Guru (KKG) di Sekolah Dasar.
Pada pertemuan tematik ini kita akan mempelajari hal-hal yang berkaitan
dengan konsep dasar pembelajaran matematik dan perancangan pembelajaran
model tematik. Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi
seluruh mata pelajaran pada kelas 1-III sekolah dasar, yaitu; pendidikan
agama, Bahasa Indonesia, matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan
Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan,
serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan modul pembelajaran Tematik adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang konsep dan
pengembangan tematik.
2. Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang
sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal sekolah dasar.
3. Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan,
melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.
C. Alokasi Waktu
Alokasi yang dipergunakan dalam modul ini adalah 6 x 50 menit
D. Sasaran
Pengguna modul pembelajaran tematik ini adalah guru di sekolah dasar yang
terlibat dalam kegiatan program BERMUTU di KKG
Tematik – KKG 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selamat berjumpa di pembelajaran Tematik yang dilaksanakan melalui
Program Better Education Through Reformed Management Upgrading
(BERMUTU).
Modul Suplemen Pembelajaran Tematik ini merupakan salah satu bagian dari
beberapa modul yang disediakan untuk melengkapi Bahan Belajar Mandiri
(BBM) yang disusun sebagai acuan kegiatan atau panduan kegiatan di
Kelompok Kerja Guru (KKG) di Sekolah Dasar.
Pada pertemuan tematik ini kita akan mempelajari hal-hal yang berkaitan
dengan konsep dasar pembelajaran matematik dan perancangan pembelajaran
model tematik. Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi
seluruh mata pelajaran pada kelas 1-III sekolah dasar, yaitu; pendidikan
agama, Bahasa Indonesia, matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan
Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan,
serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan modul pembelajaran Tematik adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang konsep dan
pengembangan tematik.
2. Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang
sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal sekolah dasar.
3. Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan,
melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.
C. Alokasi Waktu
Alokasi yang dipergunakan dalam modul ini adalah 6 x 50 menit
D. Sasaran
Pengguna modul pembelajaran tematik ini adalah guru di sekolah dasar yang
terlibat dalam kegiatan program BERMUTU di KKG
Tematik – KKG 2
BAB II
KONSEP TEMATIK DAN PEMBELAJARAN TEMATIK
A. Latar Belakang
1. Perkembangan Anak Usia Dini
Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orang tualah anak-anak tumbuh
dan menemukan jalannya. Dalam lima tahun pertama yang disebut dengan The
Golden Years, seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk
berkembang. Di masa-masa inilah, anak seyogyanya mulai diarahkan. Sebagai
orang tua yang proaktif, orang tua hendaknya memperhatikan hal-hal yang
berkenaan dengan perkembangan anak.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal dan informal.
Pendidikan anak usia dini (fase prasekolah) merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke
beberapa arah diantaranya pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan,
sosioemosional, kepribadian, moral dan kesadaran beragama. Perkembangan
merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia
yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah
merupakan masa keemasan sekaligus dengan masa kritis dalam tahapan
kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya,
masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakan dasar-dasar
pengembangan fisik, bahasa, sosial, emosional, moral dan nilai-nilai agama,
kognitif dan seni.
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial,
moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk
hidupnya, sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan pondasi dan
masa kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya.
Sedemikian pentingnya usia tersebut maka memahami karakteristik anak usia
dini menjadi mutlak dan melalui pendidikan di kelas awal perkembangan
dirinya dapat dilakukan secara optimal.
Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap
kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama. Bahkan
tidak dapat terhapuskan, walaupun bisa hanya tertutupi. Bila suatu saat ada
stimulasi yang memancing pengalaman hidup yang pernah dialami maka efek
tersebut akan muncul kembali walau dalam bentuk yang berbeda.
Beberapa hal menjadi alasan pentingnya memahami karakteristik anak usia
dini. Sebagian dari alasan tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut :
Tematik – KKG 3
a. Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan
manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar
struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh karena
itu perlu pendidikan dan pelayanan yang tepat.
b. Pengalaman awal sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan
dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya,
disamping itu dasar awal akan cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh
karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif.
c. Perkembangan fisik dan mental mengalami kecepatan luar biasa, dibanding
dengan sepanjang usianya. Bahkan usia 0-8 tahun mengalami 80 %
perkembangan otak dibandingkan sesudahnya, oleh karena itu perlu stimulai
fisik dan mental.
2. Pelaksanaan Pembelajaran yang Bermakna
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua dan tiga berada
pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan
kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa.
Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai
satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep
secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek
konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan
belajar anak usia sekolah dasar menunjukkan tiga ciri, yaitu:
a. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit
yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik
penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang
lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan
keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih
faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari
sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari
berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni
dari hal umum ke bagian demi bagian.
c. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara
bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan
logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .
Tematik – KKG 4
Dari uraian di atas, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
proses pembelajaran agar berlangsung secara optimal sesuai dengan
perkembangan anak usia kelas awal antara lain:
1) Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan
berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot
kecil maupun besar.
2) Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu
memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan
pikirannya dalam batas-batas tertentu.
3) Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa
ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Dari segi
kemampuan anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya anak
sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.
4) Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas
orangtuanya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu
bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya.
5) Bentuk permainan anak bersifat permainan sosial, bentuk permainan
yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi.
6) Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai
bagian dari kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf
pembentukan, namun pengalaman anak sebenarnya telah menampakkan
hasil.
Bila kita telah memahami kondisi anak kelas awal tersebut, maka ketika
menyusun kegiatan pembelajaran tematik sebaiknya dilakukan tidak dalam
bentuk yang parsial.Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I,
II, dan III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA
2 jam, IPS 2 jam, dan Bahasa Indonesia 2 jam. Dalam pelaksanaan
kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata
pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat
segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang
menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang
berkembangnya anak untuk berpikir secara holistik dan membuat kesulitan bagi
peserta didik.
3. Data Keberhasilan
Melalui pelaksanaan pembelajaran yang terpisah muncul permasalahan pada
kelas rendah (I, II, dan III) antara lain tingginya angka mengulang kelas dan
putus sekolah dan khusus kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas yang lainnya.
Angka kegagalan tersebut semakin memprihatinkan terutama daerah yang
hanya memiliki sedikit taman Kanak-Kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah
terpencil..
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar
peserta didik di kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah.
Tematik – KKG 5
Sementara itu, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik
yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik
dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman
Kanak-Kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip
pembelajaran antara kelas satu dan dua sekolah dasar dengan pendidikan prasekolah
dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti
pendidikan pra-sekolah mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang
termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas
awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola
dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk
memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi
acuan dan contoh konkret, perlu disiapkan model pelaksanaan pembelajaran
tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III.
Tugas
Untuk mengetahui pemahaman Anda tentang latar belakang pembelajaran
bermakna, Anda diharapkan dapat menyelesaikan soal di bawah ini!
Soal
1. Jelaskan bagaimana keterkaitan perkembangan anak usia kelas awal
dengan proses pembelajaran tematik, dan berikan alasannya.
2. Menurut Anda apakah proses pembelajaran tematik pada saat ini sudah
mendapat hasil yang maksimal ? Mengapa?.
B. Pengertian Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Tematik
Pendidikan anak usia kelas awal merupakan suatu proses pembinaan tumbuh
kembang yang ditujukan kepada anak sejak enam-tujuh tahun sampai dengan
usia sembilan tahun. Pendidikan tersebut dilakukan secara menyeluruh yang
mencakup aspek fisik dan nonfisik dan dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangannya.
Adapun perkembangannya yaitu jasmani, rohani, motorik, akal fikir, emosional,
dan sosial yang tepat dan benar agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Pada tahap perkembangan tersebut, yang patut dipertimbangkan adalah setiap
anak memiliki struktur kognitif yang berbeda. Struktur tersebut dikenal sebagai
skemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman
objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut
berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep
yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsepkonsep
dalam pikiran untuk menafsirkan objek).
Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat
pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara
Tematik – KKG 6
seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui
interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku
belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan
lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang
proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.
Dengan memperhatikan perkembangan tersebut maka pembelajaran
ditekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif sehingga
siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui
pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget
yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi
pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan
unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan
konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema,
sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan
sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa
yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).
Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain:
a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
c. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga
hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
d. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
e. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.
f. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Melihat perkembangan dan pengalaman anak pada usia sekolah dasar kelas
awal, maka kecenderungan tersebut akan mempengaruhi proses pembelajaran
yang dilakukan. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara
anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan
pembelajaran bagi anak kelas awal sekolah dasar sebaiknya dilakukan dengan
pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu
Tematik – KKG 7
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema
adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(Poerwadarminta,1993).
2. Tujuan Pembelajaran Tematik
Tematik sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar kelas awal,
memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu
karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
b. Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik karena mengaitkan
berbagai mata pelajaran dengan pengalaman pribadi dalam situasi nyata
yang diikat dalam tema tertentu.
e. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.
3. Manfaat Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh
beberapa manfaat yaitu:
a. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta
isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, sehingga tumpang tindih
materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
b. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab
isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan
tujuan akhir.
c. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian
mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.
d. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep
akan semakin baik dan meningkat.
Selain hal di atas pembelajaran dengan menggunakan tema diharapkan akan
banyak memberikan keuntungan, di antaranya:
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
Tematik – KKG 8
f. Siswa lebih bergairah karena dapat berlomunikasi dalam situasi nyata,
untuk mengembangkan suatu kemmapuan dalam satu mata pelajaran
sekaligus mempelajari matapelajaran lain.
g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaaan.
4. Landasan Pembelajaran tematik
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga
aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme.
Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan
pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang
alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran
konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences)
sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah
hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman, dan
lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang
guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing
siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses
yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa
ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran
humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan
motivasi yang dimilikinya.
b. Landasan Psikologis
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan psikologi
perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan
diperlukan dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan
kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal
bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa
dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
c. Landasan Yuridis
Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai
kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik
di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya
(pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
Tematik – KKG 9
C. Karakteristik Pembelajaran Tematik
1. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa
sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas belajar.
b. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa
(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada
sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
abstrak.
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antarmata pelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema
yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan
bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya,
bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di
mana sekolah dan siswa berada.
f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Pembelajaran dapat dilangsungkan dengan berbagai cara diantaranya bermain
tebak-tebakan, bermain peran, diskusi, dan lain-lain. Semua konsep
pembelajaran dirancang bertujuan agar anak senang dalam belajar.
Tematik – KKG 10
2. Cara belajar siswa
Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses
mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya
perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu
dengan lingkungan yang disadari.
Berangkat dari konsep bahwa setiap manusia berbeda maka kita dapat melihat
tiap siswa di sekolah dasar kelas awal memiliki kemampuan indera yang tidak
sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan
berbicara. Ada yang senang membaca, tetapi ada juga yang senang menulis.
Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indera yang dimiliki tiap anak
dapat dikurangi. Untuk menarik perhatian anak, maka guru dapat memulai lebih
dulu dengan berbicara, kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan
melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu, maka diharapkan dapat
memberi stimulus terhadap indera anak.
Anak pada usia awal melakukan pembelajaran bukan hanya mengembangkan
intelektual saja, akan tetapi mengembangkan pribadi anak secara seutuhnya.
Artinya kemampuan intelektual manakala tidak diikuti sikap yang baik atau
tidak oleh pengembangan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa. Oleh
karena itu belajar bukanlah menumpuk memori anak dengan fakta-fakta yang
lepas-lepas, tetapi mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa
sehingga kebermaknaannya dapat berhasil.
Piaget (1950) menyatakan bahwa, setiap anak memiliki cara tersendiri dalam
menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori
perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang
disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil
pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman
tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan
objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses
memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua
proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan
lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara
bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal
tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam
konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang
usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1)
Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke
aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2)
Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir
operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan
mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan
Tematik – KKG 11
mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi,
volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
D. Implikasi Pembelajaran Tematik
Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai
berbagai implikasi yang mencakup:
1. Implikasi Bagi Guru
Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan
kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari
berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih
bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.
2. Implikasi bagi siswa
a. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual,
pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.
b. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara
aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian
sederhana, dan pemecahan masalah
3. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media
a. Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik
secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan
prasarana belajar.
b. Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang
sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran
(by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang
dapat dimanfaatkan (by utilization).
c. Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media
pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang abstrak.
d. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat
menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing
mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen
khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.
4. Implikasi Terhadap Pengaturan Ruangan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan
pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang
tersebut meliputi:
a. Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.
b. Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan
keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung.
c. Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet.
Tematik – KKG 12
d. Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas
maupun di luar kelas.
e. Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta
didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
f. Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya
kembali.
5. Implikasi Terhadap Pemilihan Metode
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran
yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan
multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi,
bercakap-cakap.
E. Rambu –Rambu Pembelajaran Tematik
1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk
dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara
tersendiri.
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap
diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis,
dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral
6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat,
lingkungan, dan daerah setemp
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Kelas 6
kelas06-bahasa-indonesia_samidi.zip | |||
kelas06_bahasa-indonesia-membuatku-cerdas_edi.zip | |||
kelas06_bahasa-indonesia_sukini.zip | |||
kelas06_bersahabat-dengan-mtk_dadi.zip | |||
kelas06_bindo_sukini.zip | |||
kelas06_gemar-mtk_sumanto.zip | |||
kelas06_ilmu-pengetahuan-alam_heri-sulistyanto.zip | |||
kelas06_ipa_dwi.zip | |||
kelas06_ipa_yayat.zip | |||
kelas06_ips_arif.zip | |||
kelas06_ips_indrastuti.zip | |||
kelas06_ips_sanusi-fattah.zip | |||
kelas06_ips_widodo.zip | |||
kelas06_kewarganegaraan_resi-kartika-dewi.zip | |||
kelas06_pkn_setiati.zip | |||
kelas06_pkn_sunarso.zip | |||
kelas06_senang-belajar-ipa_rositawaty.zip | |||
lampiran_03_03_2009.zipRPP SILABUSDOWNLOAD MODEL KTSP SD Silahkan anda mendownload silabus rpp ktsp sd kelas 1 dibawah ini. Silabus RPP SD mata pelajaran : pendidikan agama islam, matematika, kewarganegaraan, IPA, IPS, bahasa indonesia, bahasa inggris, tematik. SILABUS SD KELAS 1
Silabus RPP SD mata pelajaran : pendidikan agama islam, matematika, kewarganegaraan, IPA, IPS, bahasa indonesia, bahasa inggris, tematik.
Silabus RPP SD mata pelajaran : pendidikan agama islam, matematika, kewarganegaraan, IPA, IPS, bahasa indonesia, bahasa inggris, tematik. SILABUS SD KELAS 3
Silabus RPP SD mata pelajaran : pendidikan agama islam, matematika, kewarganegaraan, IPA, IPS, bahasa indonesia, bahasa inggris, tematik. SILABUS SD KELAS 4
Silabus RPP SD mata pelajaran : pendidikan agama islam, matematika, kewarganegaraan, IPA, IPS, bahasa indonesia, bahasa inggris, tematik. SILABUS SD KELAS 5
Silabus RPP SD mata pelajaran : pendidikan agama islam, matematika, kewarganegaraan, IPA, IPS, bahasa indonesia, bahasa inggris, tematik. SILABUS SD KELAS 6 |